Halo Sobat Edig!
Dalam dunia digital marketing, khususnya bagi pemula, penting untuk memahami beberapa prinsip dasar agar upaya pemasaran berjalan efektif. Berikut ini adalah lima hal yang perlu dilakukan (Do’s) dan lima yang perlu dihindari (Don’ts) untuk memulai langkah sukses di dunia digital marketing.
Apa Itu Digital Marketing?
Digital marketing adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan teknologi digital dan internet untuk menjangkau dan berinteraksi dengan audiens secara online.
Berbeda dengan pemasaran konvensional, digital marketing menawarkan keunggulan dalam hal jangkauan, pengukuran yang lebih akurat, dan kemampuan berinteraksi langsung dengan target audiens melalui berbagai platform seperti media sosial, email, mesin pencari, dan website. Hal ini membuat digital marketing menjadi salah satu pendekatan paling efektif dalam mempromosikan produk atau layanan, terutama bagi bisnis yang ingin berkembang di era digital.
Berbeda dengan pemasaran konvensional, digital marketing menawarkan keunggulan dalam hal jangkauan, pengukuran yang lebih akurat, dan kemampuan berinteraksi langsung dengan target audiens melalui berbagai platform seperti media sosial, email, mesin pencari, dan website. Hal ini membuat digital marketing menjadi salah satu pendekatan paling efektif dalam mempromosikan produk atau layanan, terutama bagi bisnis yang ingin berkembang di era digital.
Do’s dalam Digital Marketing untuk Pemula
1. Fokus pada Target Audience
Memahami siapa target audiens Anda merupakan langkah dasar dalam membangun strategi digital marketing yang berhasil. Lakukan riset untuk mengetahui demografi, minat, serta kebiasaan online mereka. Dengan memahami audiens secara mendalam, Anda bisa menciptakan konten yang lebih relevan dan menarik, serta meningkatkan peluang konversi.
Contoh :
Misalnya, sebuah brand fashion bernama "Blitz" yang fokus pada t-shirt printing untuk generasi muda (Gen Z) dengan gaya streetwear. Tim marketing Blitz melakukan riset mendalam tentang target audience mereka, menemukan bahwa audiens utama mereka adalah remaja berusia 15-24 tahun yang sering menghabiskan waktu di media sosial seperti Instagram dan TikTok. Mereka juga memiliki minat terhadap budaya pop Korea dan streetwear style yang edgy dan ekspresif. Berdasarkan riset ini, Blitz membuat strategi konten khusus seperti:
-> Mengunggah foto produk dengan gaya fotografi urban yang kuat, sesuai dengan estetika Gen Z.
-> Mengundang influencer lokal yang memiliki minat pada budaya Korea untuk mempromosikan produk dengan gaya mereka, sehingga menarik perhatian K-Popers.
-> Menggunakan Bahasa yang Santai dan Non-formal: Menulis caption dan deskripsi produk dengan bahasa yang casual, mengikuti tren bahasa yang digunakan oleh Gen Z untuk membangun koneksi yang lebih dekat.
Dengan strategi ini, Blitz tidak hanya sekadar menjual t-shirt tetapi juga membangun hubungan yang lebih personal dengan target audiens mereka.
2. Manfaatkan SEO dan Konten Berkualitas
SEO (Search Engine Optimization) adalah elemen penting dalam digital marketing yang membantu website Anda muncul di halaman pencarian Google. SEO bekerja dengan cara mengoptimalkan kata kunci yang sering dicari oleh audiens Anda, sehingga mereka lebih mudah menemukan produk atau layanan Anda. Namun, jangan hanya fokus pada SEO pastikan konten yang disajikan tetap berkualitas, informatif, dan solutif bagi audiens.
Contoh :
Blitz menemukan bahwa calon pelanggan sering mencari istilah seperti "kaos custom keren," "t-shirt printing Gen Z," dan "kaos dengan desain edgy." Dengan kata kunci tersebut, Blitz bisa membuat artikel blog atau landing page berjudul:
"Cara Membuat Kaos Custom Keren dengan Desain Edgy untuk Gen Z"
Dalam artikel ini, Blitz bisa mengoptimalkan kata kunci seperti "kaos custom keren," "desain edgy," dan "t-shirt printing Gen Z." Namun, agar tetap relevan dan menarik bagi pembaca, Blitz tidak hanya sekadar menulis untuk SEO tetapi juga memberikan informasi yang menarik seperti:
-> Menjelaskan tren desain terbaru yang disukai Gen Z, seperti grafis minimalis, tema pop culture, atau gaya streetwear.
-> Memberi tips tentang bahan kaos yang nyaman untuk gaya sehari-hari dan warna yang sedang populer, misalnya warna monokrom atau pastel.
-> Membagikan ide desain, seperti ilustrasi unik, teks berani, atau gambar yang merepresentasikan ekspresi diri.
Dengan menulis artikel yang SEO friendly tapi juga informatif dan inspiratif, Blitz bisa lebih mudah muncul di hasil pencarian Google dan menarik perhatian Gen Z. Ini meningkatkan peluang mereka menemukan dan tertarik untuk membeli kaos custom dari Blitz, karena konten tersebut relevan dan sesuai dengan gaya serta minat mereka.
3. Gunakan Media Sosial dengan Cermat
Media sosial adalah platform efektif untuk membangun brand awareness dan engagement. Pilih platform yang paling populer di kalangan target audiens Anda. Misalnya, Instagram dan TikTok cocok untuk target yang lebih muda, sementara LinkedIn efektif untuk profesional. Buatlah konten yang menarik, konsisten dengan brand Anda, dan ajak audiens untuk berinteraksi.
Contoh :
Blitz, yang fokus pada kaos custom bergaya streetwear untuk Gen Z, memilih Instagram dan TikTok sebagai platform utama, karena kedua platform ini populer di kalangan anak muda. Blitz kemudian membuat strategi konten yang berfokus pada brand awareness dan engagement dengan pendekatan sebagai berikut:
-> Mengunggah foto dan video kaos custom dengan estetika streetwear yang edgy. Feed Instagram Blitz diatur agar tampil artistik, dengan warna dan gaya yang konsisten, sehingga mudah dikenali oleh pengikutnya.
-> Blitz membuat video singkat di TikTok yang mengikuti tren seperti #OOTD (Outfit of the Day), di mana influencer lokal atau pelanggan mengenakan kaos Blitz dalam berbagai gaya. Blitz juga bisa menggunakan fitur Duet untuk berinteraksi dengan pengguna lain, menambah interaksi.
-> Mengadakan polling desain kaos atau Q&A tentang ide desain yang menarik bagi pelanggan. Ini bukan hanya meningkatkan engagement tetapi juga memberikan Blitz ide langsung tentang selera audiens.
Dengan pendekatan ini, Blitz tidak hanya membangun brand awareness di kalangan Gen Z tetapi juga membangun hubungan lebih dekat dan mendorong interaksi yang lebih tinggi dengan audiens.
4. Analisis Data Secara Rutin
Digital marketing memungkinkan Anda untuk mengukur performa kampanye secara akurat, dari klik hingga konversi. Gunakan tools seperti Google Analytics, Facebook Insights, atau platform lain untuk mengetahui data apa yang bekerja dengan baik. Dengan menganalisis data ini, Anda bisa melakukan penyesuaian yang diperlukan pada kampanye selanjutnya untuk hasil yang lebih baik.
Contoh :
Blitz menjalankan kampanye promosi kaos custom di Instagram dan TikTok, serta menggunakan website untuk penjualan. Untuk memahami efektivitas kampanye ini, Blitz secara rutin menganalisis data melalui:
-> Google Analytics untuk Website. Blitz memantau data seperti jumlah pengunjung, waktu yang dihabiskan di halaman produk, dan tingkat konversi. Misalnya, jika Blitz menemukan bahwa banyak pengunjung meninggalkan halaman sebelum membeli, mereka mungkin perlu menyederhanakan proses pembelian atau menambahkan ulasan produk untuk meningkatkan kepercayaan.
-> Instagram Insights dan TikTok Analytics. Blitz melihat data keterlibatan pada konten yang diunggah, seperti likes, komentar, dan shares. Jika analisis menunjukkan bahwa video gaya #OOTD memiliki interaksi yang tinggi, Blitz bisa membuat lebih banyak konten serupa untuk meningkatkan engagement.
-> Analisis Penjualan. Melacak produk mana yang paling banyak terjual dari kampanye ini. Jika kaos dengan desain tertentu lebih populer, Blitz dapat mengeluarkan lebih banyak variasi desain serupa atau menawarkan diskon untuk mendorong penjualan.
Dengan analisis rutin ini, Blitz dapat mengevaluasi elemen kampanye mana yang efektif dan yang perlu diperbaiki. Misalnya, jika engagement lebih tinggi di TikTok dibandingkan Instagram, Blitz dapat memfokuskan anggaran promosi mereka di TikTok untuk kampanye selanjutnya. Dengan cara ini, Blitz dapat mengoptimalkan strategi digital marketing secara berkelanjutan, memastikan hasil yang lebih maksimal.
5. Berinovasi dan Lakukan A/B Testing
Dalam dunia digital marketing, berinovasi adalah kunci. Cobalah ide-ide baru dalam kampanye, dan lakukan A/B testing untuk mengetahui mana yang paling efektif. A/B testing adalah teknik membandingkan dua versi dari sebuah kampanye atau konten untuk mengetahui mana yang memberikan hasil terbaik. Dengan melakukan ini, Anda dapat menemukan strategi yang paling sesuai untuk audiens Anda.
Contoh :
Blitz ingin meningkatkan konversi di website dan engagement di media sosial. Untuk itu, mereka mencoba beberapa ide baru dalam kampanye dengan menerapkan A/B testing, seperti:
-> Blitz membuat dua versi iklan untuk kaos terbaru di Instagram Stories. Iklan A menggunakan warna-warna cerah dan teks singkat, sementara Iklan B menggunakan warna monokrom dengan detail grafis lebih besar. Dengan memantau data interaksi, Blitz dapat melihat mana yang lebih menarik perhatian Gen Z dan meningkatkan klik.
-> Di website, Blitz mencoba dua teks CTA di halaman produk. Versi A menggunakan “Beli Sekarang & Tunjukkan Gaya Kamu,” sedangkan versi B menggunakan “Pesan Sekarang Sebelum Kehabisan.” Melalui A/B testing, Blitz dapat menentukan teks mana yang mendorong lebih banyak pelanggan untuk melanjutkan ke proses pembelian.
-> Blitz membuat dua tipe konten berbeda: versi A adalah video singkat #OOTD berdurasi 15 detik, dan versi B adalah tutorial 30 detik tentang cara mix-and-match kaos Blitz dengan aksesori. Dari hasil testing, Blitz bisa melihat mana yang lebih cocok untuk meningkatkan engagement.
Dengan berinovasi dan melakukan A/B testing secara teratur, Blitz bisa mengidentifikasi strategi mana yang paling efektif untuk audiens mereka. Misalnya, jika CTA dengan kata-kata "Beli Sekarang" lebih efektif, Blitz bisa menerapkan teks ini ke seluruh kampanye untuk mendorong konversi. Demikian juga, hasil A/B testing pada video TikTok membantu Blitz memahami format yang paling disukai Gen Z, sehingga strategi konten mereka menjadi lebih relevan dan berhasil.
Memahami siapa target audiens Anda merupakan langkah dasar dalam membangun strategi digital marketing yang berhasil. Lakukan riset untuk mengetahui demografi, minat, serta kebiasaan online mereka. Dengan memahami audiens secara mendalam, Anda bisa menciptakan konten yang lebih relevan dan menarik, serta meningkatkan peluang konversi.
Contoh :
Misalnya, sebuah brand fashion bernama "Blitz" yang fokus pada t-shirt printing untuk generasi muda (Gen Z) dengan gaya streetwear. Tim marketing Blitz melakukan riset mendalam tentang target audience mereka, menemukan bahwa audiens utama mereka adalah remaja berusia 15-24 tahun yang sering menghabiskan waktu di media sosial seperti Instagram dan TikTok. Mereka juga memiliki minat terhadap budaya pop Korea dan streetwear style yang edgy dan ekspresif. Berdasarkan riset ini, Blitz membuat strategi konten khusus seperti:
-> Mengunggah foto produk dengan gaya fotografi urban yang kuat, sesuai dengan estetika Gen Z.
-> Mengundang influencer lokal yang memiliki minat pada budaya Korea untuk mempromosikan produk dengan gaya mereka, sehingga menarik perhatian K-Popers.
-> Menggunakan Bahasa yang Santai dan Non-formal: Menulis caption dan deskripsi produk dengan bahasa yang casual, mengikuti tren bahasa yang digunakan oleh Gen Z untuk membangun koneksi yang lebih dekat.
Dengan strategi ini, Blitz tidak hanya sekadar menjual t-shirt tetapi juga membangun hubungan yang lebih personal dengan target audiens mereka.
2. Manfaatkan SEO dan Konten Berkualitas
SEO (Search Engine Optimization) adalah elemen penting dalam digital marketing yang membantu website Anda muncul di halaman pencarian Google. SEO bekerja dengan cara mengoptimalkan kata kunci yang sering dicari oleh audiens Anda, sehingga mereka lebih mudah menemukan produk atau layanan Anda. Namun, jangan hanya fokus pada SEO pastikan konten yang disajikan tetap berkualitas, informatif, dan solutif bagi audiens.
Contoh :
Blitz menemukan bahwa calon pelanggan sering mencari istilah seperti "kaos custom keren," "t-shirt printing Gen Z," dan "kaos dengan desain edgy." Dengan kata kunci tersebut, Blitz bisa membuat artikel blog atau landing page berjudul:
"Cara Membuat Kaos Custom Keren dengan Desain Edgy untuk Gen Z"
Dalam artikel ini, Blitz bisa mengoptimalkan kata kunci seperti "kaos custom keren," "desain edgy," dan "t-shirt printing Gen Z." Namun, agar tetap relevan dan menarik bagi pembaca, Blitz tidak hanya sekadar menulis untuk SEO tetapi juga memberikan informasi yang menarik seperti:
-> Menjelaskan tren desain terbaru yang disukai Gen Z, seperti grafis minimalis, tema pop culture, atau gaya streetwear.
-> Memberi tips tentang bahan kaos yang nyaman untuk gaya sehari-hari dan warna yang sedang populer, misalnya warna monokrom atau pastel.
-> Membagikan ide desain, seperti ilustrasi unik, teks berani, atau gambar yang merepresentasikan ekspresi diri.
Dengan menulis artikel yang SEO friendly tapi juga informatif dan inspiratif, Blitz bisa lebih mudah muncul di hasil pencarian Google dan menarik perhatian Gen Z. Ini meningkatkan peluang mereka menemukan dan tertarik untuk membeli kaos custom dari Blitz, karena konten tersebut relevan dan sesuai dengan gaya serta minat mereka.
3. Gunakan Media Sosial dengan Cermat
Media sosial adalah platform efektif untuk membangun brand awareness dan engagement. Pilih platform yang paling populer di kalangan target audiens Anda. Misalnya, Instagram dan TikTok cocok untuk target yang lebih muda, sementara LinkedIn efektif untuk profesional. Buatlah konten yang menarik, konsisten dengan brand Anda, dan ajak audiens untuk berinteraksi.
Contoh :
Blitz, yang fokus pada kaos custom bergaya streetwear untuk Gen Z, memilih Instagram dan TikTok sebagai platform utama, karena kedua platform ini populer di kalangan anak muda. Blitz kemudian membuat strategi konten yang berfokus pada brand awareness dan engagement dengan pendekatan sebagai berikut:
-> Mengunggah foto dan video kaos custom dengan estetika streetwear yang edgy. Feed Instagram Blitz diatur agar tampil artistik, dengan warna dan gaya yang konsisten, sehingga mudah dikenali oleh pengikutnya.
-> Blitz membuat video singkat di TikTok yang mengikuti tren seperti #OOTD (Outfit of the Day), di mana influencer lokal atau pelanggan mengenakan kaos Blitz dalam berbagai gaya. Blitz juga bisa menggunakan fitur Duet untuk berinteraksi dengan pengguna lain, menambah interaksi.
-> Mengadakan polling desain kaos atau Q&A tentang ide desain yang menarik bagi pelanggan. Ini bukan hanya meningkatkan engagement tetapi juga memberikan Blitz ide langsung tentang selera audiens.
Dengan pendekatan ini, Blitz tidak hanya membangun brand awareness di kalangan Gen Z tetapi juga membangun hubungan lebih dekat dan mendorong interaksi yang lebih tinggi dengan audiens.
4. Analisis Data Secara Rutin
Digital marketing memungkinkan Anda untuk mengukur performa kampanye secara akurat, dari klik hingga konversi. Gunakan tools seperti Google Analytics, Facebook Insights, atau platform lain untuk mengetahui data apa yang bekerja dengan baik. Dengan menganalisis data ini, Anda bisa melakukan penyesuaian yang diperlukan pada kampanye selanjutnya untuk hasil yang lebih baik.
Contoh :
Blitz menjalankan kampanye promosi kaos custom di Instagram dan TikTok, serta menggunakan website untuk penjualan. Untuk memahami efektivitas kampanye ini, Blitz secara rutin menganalisis data melalui:
-> Google Analytics untuk Website. Blitz memantau data seperti jumlah pengunjung, waktu yang dihabiskan di halaman produk, dan tingkat konversi. Misalnya, jika Blitz menemukan bahwa banyak pengunjung meninggalkan halaman sebelum membeli, mereka mungkin perlu menyederhanakan proses pembelian atau menambahkan ulasan produk untuk meningkatkan kepercayaan.
-> Instagram Insights dan TikTok Analytics. Blitz melihat data keterlibatan pada konten yang diunggah, seperti likes, komentar, dan shares. Jika analisis menunjukkan bahwa video gaya #OOTD memiliki interaksi yang tinggi, Blitz bisa membuat lebih banyak konten serupa untuk meningkatkan engagement.
-> Analisis Penjualan. Melacak produk mana yang paling banyak terjual dari kampanye ini. Jika kaos dengan desain tertentu lebih populer, Blitz dapat mengeluarkan lebih banyak variasi desain serupa atau menawarkan diskon untuk mendorong penjualan.
Dengan analisis rutin ini, Blitz dapat mengevaluasi elemen kampanye mana yang efektif dan yang perlu diperbaiki. Misalnya, jika engagement lebih tinggi di TikTok dibandingkan Instagram, Blitz dapat memfokuskan anggaran promosi mereka di TikTok untuk kampanye selanjutnya. Dengan cara ini, Blitz dapat mengoptimalkan strategi digital marketing secara berkelanjutan, memastikan hasil yang lebih maksimal.
5. Berinovasi dan Lakukan A/B Testing
Dalam dunia digital marketing, berinovasi adalah kunci. Cobalah ide-ide baru dalam kampanye, dan lakukan A/B testing untuk mengetahui mana yang paling efektif. A/B testing adalah teknik membandingkan dua versi dari sebuah kampanye atau konten untuk mengetahui mana yang memberikan hasil terbaik. Dengan melakukan ini, Anda dapat menemukan strategi yang paling sesuai untuk audiens Anda.
Contoh :
Blitz ingin meningkatkan konversi di website dan engagement di media sosial. Untuk itu, mereka mencoba beberapa ide baru dalam kampanye dengan menerapkan A/B testing, seperti:
-> Blitz membuat dua versi iklan untuk kaos terbaru di Instagram Stories. Iklan A menggunakan warna-warna cerah dan teks singkat, sementara Iklan B menggunakan warna monokrom dengan detail grafis lebih besar. Dengan memantau data interaksi, Blitz dapat melihat mana yang lebih menarik perhatian Gen Z dan meningkatkan klik.
-> Di website, Blitz mencoba dua teks CTA di halaman produk. Versi A menggunakan “Beli Sekarang & Tunjukkan Gaya Kamu,” sedangkan versi B menggunakan “Pesan Sekarang Sebelum Kehabisan.” Melalui A/B testing, Blitz dapat menentukan teks mana yang mendorong lebih banyak pelanggan untuk melanjutkan ke proses pembelian.
-> Blitz membuat dua tipe konten berbeda: versi A adalah video singkat #OOTD berdurasi 15 detik, dan versi B adalah tutorial 30 detik tentang cara mix-and-match kaos Blitz dengan aksesori. Dari hasil testing, Blitz bisa melihat mana yang lebih cocok untuk meningkatkan engagement.
Dengan berinovasi dan melakukan A/B testing secara teratur, Blitz bisa mengidentifikasi strategi mana yang paling efektif untuk audiens mereka. Misalnya, jika CTA dengan kata-kata "Beli Sekarang" lebih efektif, Blitz bisa menerapkan teks ini ke seluruh kampanye untuk mendorong konversi. Demikian juga, hasil A/B testing pada video TikTok membantu Blitz memahami format yang paling disukai Gen Z, sehingga strategi konten mereka menjadi lebih relevan dan berhasil.
Don’ts dalam Digital Marketing untuk Pemula
1. Jangan Mengabaikan Mobile Optimization
Saat ini, banyak orang mengakses internet melalui perangkat mobile. Jika website atau konten Anda tidak dioptimalkan untuk pengguna mobile, ada risiko audiens akan meninggalkan halaman Anda karena pengalaman pengguna yang buruk. Pastikan tampilan dan fungsi website berjalan dengan baik di berbagai perangkat, khususnya smartphone.
Contoh :
Blitz, yang memiliki banyak pengunjung Gen Z yang mengakses website lewat smartphone, memastikan bahwa website mereka dioptimalkan untuk perangkat mobile agar pengguna mendapatkan pengalaman yang lancar.
Dengan mengoptimalkan situs untuk mobile, Blitz memastikan audiens Gen Z mereka, yang sering berbelanja lewat smartphone, mendapatkan pengalaman yang baik. Hasilnya, pengunjung lebih cenderung tinggal lebih lama di website dan menyelesaikan pembelian, meningkatkan peluang konversi secara signifikan.
2. Hindari Spam dan Konten Berlebihan
Digital marketing yang efektif harus memperhatikan frekuensi dan relevansi konten. Jangan mengirim email promosi setiap hari atau membuat postingan berlebihan, karena ini bisa membuat audiens merasa terganggu. Temukan frekuensi yang tepat dan buatlah konten yang berkualitas dan bermanfaat agar audiens tetap terlibat.
Contoh :
Blitz menjaga hubungan baik dengan audiensnya dengan menghindari spam dan konten berlebihan. Mereka memposting 3-4 kali seminggu di Instagram dan TikTok, memastikan setiap konten bernilai seperti tips styling atau promosi terbatas. Untuk email, Blitz mengirim 1-2 kali per bulan dengan konten sesuai minat pelanggan, misalnya hanya penggemar desain anime yang menerima info koleksi terbaru. Dengan menjaga frekuensi dan fokus pada konten bermanfaat, audiens merasa dihargai dan lebih terlibat, bukan terganggu.
3. Tidak Memperhatikan Konsistensi Branding
Konsistensi branding adalah aspek penting dalam membangun citra yang kuat. Hindari perubahan warna, logo, atau tone voice terlalu sering, karena hal ini bisa membingungkan audiens. Buat panduan brand yang mencakup elemen visual dan gaya komunikasi untuk menciptakan identitas brand yang mudah diingat dan diakui.
Contoh :
Blitz menjaga konsistensi branding agar citra mereka tetap kuat dan mudah dikenali. Mereka menggunakan panduan brand yang mencakup warna, logo, dan tone of voice yang edgy dan sesuai dengan Gen Z, serta menghindari perubahan visual atau gaya komunikasi yang berlebihan. Dengan konsistensi ini, audiens mudah mengenali identitas Blitz, menciptakan kesan yang solid dan profesional di setiap platform.
4. Jangan Mengabaikan Feedback dari Audiens
Masukan dari audiens adalah sumber informasi berharga yang dapat membantu Anda memahami apa yang mereka butuhkan dan bagaimana brand Anda dapat meningkatkan layanannya. Jangan abaikan feedback, baik positif maupun negatif. Tanggapi komentar mereka dengan baik dan jadikan feedback tersebut sebagai dasar untuk memperbaiki strategi.
Contoh :
Blitz memanfaatkan masukan audiens sebagai sumber informasi penting untuk memahami kebutuhan mereka. Setiap feedback, baik positif maupun negatif, ditanggapi dengan baik. Komentar dan saran dari audiens digunakan Blitz untuk memperbaiki strategi dan layanan mereka, memastikan bahwa brand terus berkembang sesuai ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.
5. Hindari Terlalu Bergantung pada Satu Platform
Bergantung hanya pada satu platform, seperti Instagram atau Facebook, bisa menjadi risiko. Platform ini sering mengalami perubahan algoritma yang dapat mempengaruhi jangkauan konten Anda. Diversifikasikan strategi pemasaran Anda dengan menggunakan website, email marketing, dan platform lain untuk menjaga stabilitas jangkauan audiens dan membangun basis pengikut yang lebih kuat.
Contoh :
Blitz menghindari ketergantungan pada satu platform seperti Instagram dengan cara mendiversifikasikan strategi pemasaran. Selain aktif di Instagram, mereka juga memanfaatkan website, email marketing, dan TikTok untuk menjangkau audiens lebih luas. Ini membantu Blitz menjaga stabilitas jangkauan audiens meskipun ada perubahan algoritma, serta memperkuat basis pengikut mereka di berbagai saluran.
Saat ini, banyak orang mengakses internet melalui perangkat mobile. Jika website atau konten Anda tidak dioptimalkan untuk pengguna mobile, ada risiko audiens akan meninggalkan halaman Anda karena pengalaman pengguna yang buruk. Pastikan tampilan dan fungsi website berjalan dengan baik di berbagai perangkat, khususnya smartphone.
Blitz, yang memiliki banyak pengunjung Gen Z yang mengakses website lewat smartphone, memastikan bahwa website mereka dioptimalkan untuk perangkat mobile agar pengguna mendapatkan pengalaman yang lancar.
Dengan mengoptimalkan situs untuk mobile, Blitz memastikan audiens Gen Z mereka, yang sering berbelanja lewat smartphone, mendapatkan pengalaman yang baik. Hasilnya, pengunjung lebih cenderung tinggal lebih lama di website dan menyelesaikan pembelian, meningkatkan peluang konversi secara signifikan.
2. Hindari Spam dan Konten Berlebihan
Digital marketing yang efektif harus memperhatikan frekuensi dan relevansi konten. Jangan mengirim email promosi setiap hari atau membuat postingan berlebihan, karena ini bisa membuat audiens merasa terganggu. Temukan frekuensi yang tepat dan buatlah konten yang berkualitas dan bermanfaat agar audiens tetap terlibat.
Contoh :
Blitz menjaga hubungan baik dengan audiensnya dengan menghindari spam dan konten berlebihan. Mereka memposting 3-4 kali seminggu di Instagram dan TikTok, memastikan setiap konten bernilai seperti tips styling atau promosi terbatas. Untuk email, Blitz mengirim 1-2 kali per bulan dengan konten sesuai minat pelanggan, misalnya hanya penggemar desain anime yang menerima info koleksi terbaru. Dengan menjaga frekuensi dan fokus pada konten bermanfaat, audiens merasa dihargai dan lebih terlibat, bukan terganggu.
3. Tidak Memperhatikan Konsistensi Branding
Konsistensi branding adalah aspek penting dalam membangun citra yang kuat. Hindari perubahan warna, logo, atau tone voice terlalu sering, karena hal ini bisa membingungkan audiens. Buat panduan brand yang mencakup elemen visual dan gaya komunikasi untuk menciptakan identitas brand yang mudah diingat dan diakui.
Contoh :
Blitz menjaga konsistensi branding agar citra mereka tetap kuat dan mudah dikenali. Mereka menggunakan panduan brand yang mencakup warna, logo, dan tone of voice yang edgy dan sesuai dengan Gen Z, serta menghindari perubahan visual atau gaya komunikasi yang berlebihan. Dengan konsistensi ini, audiens mudah mengenali identitas Blitz, menciptakan kesan yang solid dan profesional di setiap platform.
4. Jangan Mengabaikan Feedback dari Audiens
Masukan dari audiens adalah sumber informasi berharga yang dapat membantu Anda memahami apa yang mereka butuhkan dan bagaimana brand Anda dapat meningkatkan layanannya. Jangan abaikan feedback, baik positif maupun negatif. Tanggapi komentar mereka dengan baik dan jadikan feedback tersebut sebagai dasar untuk memperbaiki strategi.
Contoh :
Blitz memanfaatkan masukan audiens sebagai sumber informasi penting untuk memahami kebutuhan mereka. Setiap feedback, baik positif maupun negatif, ditanggapi dengan baik. Komentar dan saran dari audiens digunakan Blitz untuk memperbaiki strategi dan layanan mereka, memastikan bahwa brand terus berkembang sesuai ekspektasi dan kebutuhan pelanggan.
5. Hindari Terlalu Bergantung pada Satu Platform
Bergantung hanya pada satu platform, seperti Instagram atau Facebook, bisa menjadi risiko. Platform ini sering mengalami perubahan algoritma yang dapat mempengaruhi jangkauan konten Anda. Diversifikasikan strategi pemasaran Anda dengan menggunakan website, email marketing, dan platform lain untuk menjaga stabilitas jangkauan audiens dan membangun basis pengikut yang lebih kuat.
Contoh :
Blitz menghindari ketergantungan pada satu platform seperti Instagram dengan cara mendiversifikasikan strategi pemasaran. Selain aktif di Instagram, mereka juga memanfaatkan website, email marketing, dan TikTok untuk menjangkau audiens lebih luas. Ini membantu Blitz menjaga stabilitas jangkauan audiens meskipun ada perubahan algoritma, serta memperkuat basis pengikut mereka di berbagai saluran.
Mengikuti panduan Do’s and Don’ts ini akan membantu Anda menghindari jebakan umum dalam digital marketing dan memaksimalkan efektivitas strategi pemasaran Anda. Bagi pemula, kunci keberhasilan adalah berani mencoba, menganalisis, dan beradaptasi. Dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, Anda akan mampu membangun kehadiran online yang kuat dan mendukung perkembangan bisnis di era digital ini.